Selasa, 03 November 2009

Al-Qur’an Bukan Rekayasa Nabi Muhammad !!

Cukup banyak diantara orang-orang kafir yang berkata : “Apakah Al-Qur’an merupakan betul-betul firman Tuhan ? Bukankah mungkin saja merupakan rekayasa Nabi Muhammad ? Toh, Al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir, jadi Nabi Muhammad bisa saja mengumpulkan data-data dari kitab terdahulu dan data-data dari kisah orang-orang lalu menyusunnya menjadi sebuah kitab yang lebih dapat diterima oleh nalar manusia.”

Mengenai hal ini, Allah berkata :

clip_image002

Artinya :

174. Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu`jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an). (QS. An-Nisaa’ [4] : 174)

Allah juga menyuruh Muhammad untuk mengatakan bahwa dia hanyalah utusan-Nya dan kepadanya telah diturunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang menjelaskan segala sesuatu, termasuk sesuatu yang ghaib yang sulit dicerna oleh akal manusia. Allah berfirman :

clip_image004

Artinya :

015. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Qur'an yang lain dari ini atau gantilah dia". Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)". 016. Katakanlah: "Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu". Sesungguhnya Aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya? (QS. Yunus [10] : 15-16)

clip_image006

Artinya :

009. Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan". (QS. Al-Ahqaaf [46] : 9)

clip_image008

Artinya :

188. Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al-A’raaf [7] : 188)

Bahkan jikalau Muhammad mengaku-ngaku bahwa Al-Qur’an merupakan hasil karyanya, maka Allah menegaskan :

clip_image010

Artinya :

040. Sesungguhnya Al Qur'an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, 041. dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. 042. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya. 043. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. 044. Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, 045. Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. 046. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. 047. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu. 048. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. 049. Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan (nya). 050. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat). 051. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar kebenaran yang diyakini. 052. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang Maha Besar.

Ada suatu kisah gaib untuk lebih meyakini tentang kebenaran Al-Qur’an. Pada hari itu, Nabi mendengar orang Yahudi yang menjelek-jelekkan Yesus dan Maryam (ibunda Yesus). Rasulullah sangat marah dan menjelaskan kepada orang Yahudi tersebut siapa Yesus dan Maryam yang sebenarnya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Nabi Muhammad marah? Bagaimana cara Rasulullah menjelaskan kepada orang Yahudi itu tentang diri Nabi Isa dan Maryam, sementara beliau hidup pada masa jauh sesudah zamannya Nabi Isa. Yah, siapa lagi informannya kalau bukan Yang Maha Kuasa, Allah SWT !!! Firman Allah :

clip_image012

Artinya :

044. Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. (QS. Ali Imran [3] : 44)

Selain cerita diatas, masih banyak ragam hal gaib yang diungkap oleh Al-Qur’an. Al-Qur’an mengungkap kejadian masa lampau yang tidak diketahui lagi oleh manusia, karena masanya telah demikian lama, dan mengungkap juga peristiwa masa datang atau masa kini yang belum diketahui manusia. Harus diakui bahwa sebagian dari kisah-kisahnya tidak atau belum dapat dibuktikan kebenarannya hingga kini, tetapi sebagian lainnya telah terbukti, antara lain melalui penelitian arkeologi.

Kendati terdapat sekian banyak kisahnya yang belum terbukti, tidaklah wajar menolak kebenaran kisah-kisah lain tersebut hanya dengan alasan bahwa kisah itu belum terbukti. Karena apa yang belum terbukti kebenarannya, juga belum terbukti kekeliruannya.

Untuk menghilangkan keragu-raguan akan kebenaran Al-Qur’an, penulis akan mengungkapkan beberapa mengenai cerita-cerita gaib yang tertera dalam Al-Qur’an, dimana pemberitaan tersebut boleh dikata tidak memungkinkan lagi untuk tidak diakui keabsahannya.

a. Kaum ‘Ad dan Tsamud serta kehancuran kota Iram

Al-Qur’an berbicara tentang kaum Tsamud dan kaum ‘Ad yang kepada mereka diutus Nabi Shaleh dan Nabi Hud. Banyak uraian Al-Qur’an tentang kedua kaum ini, baik dari segi kemampuan dan kekuatan mereka maupun kedurhakaan dan pembangkangan mereka terhadap Tuhan dan utusan-Nya. Mereka akhirnya dihancurkan Allah dengan gempa dan angin ribut yang sangat dingin lagi kencang. Hal ini dilukiskan oleh S. Al-Haaqqah [69] : 4-7 sbb :

clip_image014

Artinya :

004. Kaum Tsamud dan `Ad telah mendustakan hari kiamat. 005. Adapun kaum Tsamud maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa, 006. Adapun kaum `Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, 007. yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum `Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma yang telah kosong (lapuk).

Di tempat lain, diuraikan oleh Al-Qur’an bahwa kaum ‘Ad memiliki kemampuan luar biasa sehingga mereka telah membangun Kota Iram dengan tiang-tiang yang tinggi dan yang belum pernah dibangun di negeri lain sehebat dan seindah itu sebelumnya.

clip_image016

Artinya :

006. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum `Ad?,007. (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, 008. yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,009. dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah, (QS. Al-Fajr [89] : 6-9)

Ada yang meragukan informasi Al-Qur’an ini. Tetapi sedikit demi sedikit bukti-bukti kebenarannya terungkap. Pertama kali ketika informasi Al-Qur’an dan riwayat-riwayat yang diterima digabung dengan hasil-hasil penelitian arkeologi, maka yang ditemukan adalah adanya bukti-bukti arkeologi tentang terjadinya gempa dan angin ribut, seperti yang diuraikan oleh Al-Qur’an.

Tentu saja penjelasan ini belum memuaskan semua pihak. Tetapi dari hari ke hari, bukti semakin jelas dan kini tidak ada alasan lagi untuk menolak informasi Al-Qur’an. Marilah kita simak pembuktian berikutnya.

Pada 1834 ditemukan didalam tanah yang berlokasi di Hisn Al-Ghurab dekat kota Aden di Yaman sebuah naskah bertuliskan aksara Arab Lama (Hymarite) yang menunjukkan nama Nabi Hud. Dalam naskah itu antara lain tertulis, “Kami memerintah dengan menggunakan hukum Hud.” Selanjutnya pada 1964-1969 dilakukan penggalian arkeologis, dan dari hasil analisis pada 1980 ditemukan informasi dari salah satu lempeng tentang adanya kota yang disebut “Shamutu, ‘Ad, dan Iram”. Prof Pettinato mengidentifikasikan nama-nama tersebut dengan nama-nama yang disebut pada Surah Al-Fajr tadi. Dalam konteks ini, wajar pula dikutip pendapat Father Dahood yang mengatakan bahwa “antara Ebla (2500 SM) dan Al-Qur’an (625 M) tidak ada referensi lain mengenai kota-kota tersebut.”

Bukti arkeologis lain tentang kota Iram adalah hasil ekspedisi Nicholas Clapp di Gurun Arabia Selatan pada 1992. Kota Iram menurut riwayat-riwayat adalah kota yang dibangun oleh Shaddad bin Ud, sebuah kota yang sangat indah dan ketika itu bernama Ubhur. Namun Tuhan mengubur kota itu dengan longsoran padang pasir, sehingga menelan kota tersebut akibat kedurhakaan mereka.

Nicholas menemukan bukti dari seorang penjelajah tentang jalan kuno ke Iram (Ubhur). Kemudian atas bantuan dua orang ahli lainnya, yaitu Juris Zarin dari Universitas Negara Bagian Missouri Barat Daya, dan penjelajah Inggris, Sir Ranulph Fiennes, mereka berusaha mencari kota yang hilang itu bersama-sama ahli hukum George Hedges.

Mereka menggunakan jasa pesawat ulang-alik Challenger dengan sistem Satellite Imaging Radar (SIR) untuk mengintip bagian bawah gurun Arabia yang diduga sebagai tempat tenggelamnya kota yang terkena longsoran itu. Untuk lebih meyakinkan, mereka juga meminta jasa satelit Prancis, yang menggunakan sistem penginderaan optik.

Apa yang mereka temukan ? Mereka menemukan citra digital berupa garis putih pucat yang menandai beratus-ratus kilometer rute kafilah yang ditinggalkan, sebagian berada dibawah tumpukan pasir yang telah menimbun selama berabad-abad hingga mencapai ketinggian 183 meter.

Berdasarkan data ini, Nicholas Crapp dkk, meneliti kota tersebut dan melakukan pencarian pada akhir tahun 1991. Pada Februari 1992, mereka menemukan bangunan segi delapan dengan dinding-dinding dan menara-menara yang tingginya mencapai sekitar 9 m. Agaknya itulah sebagian dari apa yang diceritakan oleh Al-Qur’an bahwa “penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi” (QS. Al-Fajr 7)

b. Berita tentang Tenggelam dan Selamatnya Badan Fir’aun

Dalam Al-Qur’an ditemukan sekitar 30 kali Allah SWT menguraikan kisah Musa dan Fir’aun, suatu kisah yang tidak dikenal masyarakat ketika itu, kecuali melalui Kitab Perjanjian Lama. Tapi satu hal yang mencengangkan adalah Al-Qur’an telah mengungkap suatu perincian yang sama sekali tidak diungkap oleh satu kitab pun sebelumnya, bahkan tidak diketahui kecuali yang hidup pada masa terjadinya peristiwa tersebut, yaitu pada abad kedua belas SM atau sekitar 3.200 tahun yang lalu.

Mari kita lihat sekelumit kisah Fir’aun yang diungkap oleh Al-Qur’an :

clip_image018

Artinya :

090. Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir`aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir`aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". 091. Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. 092. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (QS. Yunus [10] : 90-92)

Yang perlu digarisbawahi dalam konteks pembicaraan ini adalah firman-Nya yang berbunyi : “Hari ini kami selamatkan badanmu, agar engkau menjadi pelajaran bagi generasi yang datang sesudahmu.”

Memang orang mengetahui bahwa Fir’aun tenggelam di Laut Merah ketika mengejar Nabi Musa dan kaumnya, tetapi menyangkut keselamatan badannya dan dapat menjadi pelajaran bagi generasi sesudahnya merupakan satu hal yang tidak diketahui siapapun pada masa Nabi Muhammad bahkan tidak disinggung oleh Perjanjian Lama dan Baru.

Maspero, seorang pakar sejarah Mesir Kuno menjelaskan dalam “Petunjuk Bagi Pengunjung Museum Mesir”, setelah mempelajari dokumen-dokumen yang diketemukan di Alexandria, Mesir, bahwa Penguasa Mesir yang tenggelam itu bernama Maneptah (Memptah) yang kemudian oleh sejarawan Driaton dan Vandel melalui dokumen-dokumen lain membuktikan bahwa Penguasa Mesir itu memerintah antara 1224 SM hingga 1214 SM atau 1204 (menurut pendapat lain).

Sekali lagi pada masa turunnya Al-Qur’an 14 abad yang lalu, tidak seorang pun yang mengetahui dimana sebenarnya penguasa yang tenggelam itu berada, dan bagaimana pula kesudahan yang dialaminya. Namun pada 1896, purbakalawan Loret, menemukan jenazah tokoh tersebut dalam bentuk mumi di Wadi Al-Muluk (Lembah Para raja) berada di daerah Thaba, Luxor, di seberang Sungai Nil, Mesir. Kemudian 8 Juli 1907, Elliot Smith membuka pembalut-pembalut mumi itu dan ternyata badan Fir’aun tersebut masih dalam keadaan utuh. Kepala dan lehernya terbuka, bagian-bagian badannya masih tertutup dengan kain dan kesemuanya diletakkan dalam satu peti berkaca yang memungkinkan para pengunjung Museum Mesir melihatnya dengan jelas. Sayang, pada sekitar tahun 1985, pemerintah Mesir menutup kamar tempat penyimpanan mumi itu untuk umum, karena rupanya pengaruh udara dari luar dan polusi yang disebabkan oleh mikro organisme telah mempengaruhi keadaan mumi itu.

Namun sebelumnya, pada Juni 1975, ahli bedah Prancis, Maurice Bucaille, mendapat izin untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang mumi tersebut dan menemukan bahwa Fir’aun meninggal di laut. Ini terbukti dari bekas-bekas garam yang memenuhi sekujur tubuhnya. Bucaille pada akhirnya berkesimpulan bahwa :

“Alangkah agungnya contoh-contoh yang diberikan oleh ayat-ayat Al-Qur’an tentang tubuh Fir’aun yang sekarang berada di ruang mumi Museum Mesir di kota Kairo. Penyelidikan dan penemuan modern telah menunjukkan kebenaran Al-Qur’an.”

c. Ashhab Al-Kahfi

Keraguan masyarakat Arab Makkah tentang kenabian Muhammad saw dan kebenaran Al-Qur’an terus berlanjut. Mereka mengutus tiga orang untuk menemui tokoh agama Yahudi Najran guna meminta tanggapan mereka tentang Muhammad. Para tokoh Yahudi tersebut mengusulkan agar kaum musyrik Makkah bertanya kepada Nabi tentang 3 hal. “Jika menjawabnya dengan baik, dia seorang nabi. Lalu tanyakan pula satu hal lain, dan jika dia menduga tahu, dia berbohong”, demikian ucap orang-orang Yahudi itu. Ketiga hal tersebut adalah :

1. Kisah sekelompok pemuda yang masuk berlindung dan tertidur sekian lama. Berapa jumlah mereka dan siapa atau apa yang bersama mereka ?;

2. Kisah Musa ketika diperintahkan Tuhan untuk belajar;

3. Kisah seorang penjelajah ke Timur dan ke Barat;

4. Tentang hari kiamat kapan akan terjadi? Kalau Muhammad mengetahuinya, berarti ia berbohong.

Keempat pertanyaan mereka itu terjawab melalui wahyu Al-Qur’an surah ke-18 (S. Al-Kahfi). Namun bukan disini tempatnya menguraikan jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut. Yang akan dibahas adalah benarkah informasi atau jawaban Al-Qur’an bahwa terdapat tujuh orang pemuda bersama seekor anjing yang berlindung dari kekejaman penguasa masanya menuju gua (QS. Al-Kahfi 22) ? Benarkah mereka tertidur di gua selama 300 tahun menurut perhitungan Syamsiah atau 309 tahun menurut perhitungan Qamariah (QS. Al-Kahfi 25) ? Benarkah ketika mereka terbangun dan diketahui oleh masyarakat, mereka disambut baik, karena ketika itu, penguasa tidak lagi menindas penganut-penganut agama Nasrani (QS. Al-Kahfi 21) ? Benarkah bahwa diatas lokasi gua mereka kemudian dibangun tempat peribadatan (QS. Al-Kahfi 21) ?

Al-Qur’an juga melukiskan gua tempat tinggal mereka sbb :

clip_image020

Artinya :

017. Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu......(QS. Al-Kahfi 17)

Tidak mudah membuktikan keberadaan gua yang dimasud sebelum maraknya penelitian arkeologi. Pada tahun 1963, Rafiq Waqa Ad-Dajani, seorang arkeolog Yordania, menemukan sebuah gua yang terletak sekitar 8 km dari Amman (ibukota Yordania), dan memiliki ciri-ciri seperti yang diuraikan Al-Qur’an.

Gua tsb berada diatas dataran tinggi menuju arah tenggara, sedangkan kedua sisinya berada di sebelah timur dan barat, serta terbuka sedemikian rupa sehingga cahaya matahari menembus ke dalam. Di dalam gua terdapat ruangan kecil yang luasnya sekitar tiga kali dua setengah meter. Ditemukan juga didalam gua tersebut 7 atau 8 kuburan. Pada dinding-dindingnya terdapat tulisan Yunani Kuno, tetapi tidak terbaca lagi, sebagaimana terdapat pula gambar seekor anjing dan beberapa ornamen.

Di atas gua tsb terdapat sebuah tempat peribadatan ala Bizantium; mata uang dan peninggalan-peninggalan yang ditemukan disekitarnya menunjukkan bahwa tempat tsb dibangun pada masa pemerintahan Justinius I (418-427 M). Ciri-ciri yang ditemukan itu, dapat dikatakan sesuai dengan ciri-ciri yang dikemukakan Al-Qur’an.

Di sisi lain para sejarawan Muslim dan Kristen mengakui bahwa penguasa yang menindas pengikut-pengikut Isa a.s. antara lain adalah yang memerintah pada 98-117 M dan pada sekitar tahun 112 M menetapkan bahwa setiap orang yang menolak menyembah dewa-dewa dijatuhi hukuman sebagai pengkhianat. Para sejarawan Muslim dan Kristen pun sepakat bahwa penguasa yang bijaksana adalah Theodusius yang memerintah selama tahun 408-451.

Disini sekali lagi ada kecocokan antara informasi Al-Qur’an dengan informasi sejarawan, yakni apabila diatas dikatakan bahwa para pemuda yang berlindung itu menghindar dari ketetapan penguasa yang dikeluarkan pada 112 M itu, dan bahwa mereka tertidur selama 300 tahun, ini berarti mereka terbangun dari tidur pada sekitar 412 M, yakni pada masa pemerintahan penguasa yang membebaskan orang-orang Nasrani dari penindasan.

d. Kemenangan Romawi Setelah Kekalahannya

Dalam QS Ar-Ruum [30] ayat 1-5 dinyatakan :

clip_image022

Artinya :

001.Alif Laam Miim. 002. Telah dikalahkan bangsa Romawi, 003. di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, 004. dalam beberapa tahun (antara tiga sampai sembilan tahun). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan pada saat (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang Mukmin, 005. karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

Pada abad kelima dan keenam Masehi terdapat 2 negeri adikuasa, Romawi yang beragama Kristen dan Persia yang menyembah api. Persaingan antara keduanya guna merebut wilayah dan pengaruh amat keras, bahkan peperangan antar mereka tak terhindarkan. Sejarawan menginformasikan bahwa pada 614 M terjadi peperangan antara kedua negara itu yang berakhir dengan kekalahan Romawi. Ketika itu kaum Musyrik di Makkah mengejek kaum Muslim yang cenderung mengharapkan keme-nangan Romawi yang beragama samawi itu atas Persia yang menyembah api. Kekesalan mereka akibat kekalahan tsb bertambah dengan ejekan ini.

Dalam bukunya “Mukjizat Al-Qur’an”, Bapak Quraisy Shihab mengatakan bahwa dengan ejekan-ejekan kaum musyrik yang sangat menyayat hati umat muslim tsb, maka turunlah ayat-ayat itu (QS. Ar-Ruum 1-5) untuk menghibur kaum muslim dengan 2 hal :

1. Romawi akan menang atas Persia pada tenggang waktu yang diistilahkan Al-Qur’an dengan bidh’ siniin dan yang diterjemahkan sebelumnya dengan beberapa tahun (ayat 4);

2. Saat kemenangan itu tiba, kaum Muslim akan bergembira bukan saja dengan kemenangan Romawi, melainkan juga dengan kemenangan yang dianugerahkan Allah (kepada mereka).

Benarkah semua informasi ini ?

Bapak Quraisy mengatakan bahwa sebelum menjawabnya, perlu dijelaskan bahwa kata “bidh” dalam kamus-kamus bahasa Arab berarti “angka antara tiga dan sembilan”. Ini berarti Al-Qur’an menegaskan bahwa akan terjadi lagi peperangan antara bangsa Romawi dan Persia, dan dalam tempo tersebut, Romawi akan memenangi peperangan. Perlu diingat sekali lagi bahwa berita disampaikan pada saat kekalahan sedang menimpa Romawi. Menetapkan angka pasti bagi kemena-ngan suatu negara saat kekalahannya adalah suatu hal yang tidak mungkin disam-paikan, kecuali oleh Yang Maha Mengetahui. Tetapi ternyata berita tersebut benar adanya, karena sejarah menginformasikan bahwa tujuh tahun setelah kekalahan Romawi, tepatnya pada 622 M terjadi lagi peperangan antara kedua adikuasa tsb, dan kali ini pemenangnya adalah Romawi.

Anda boleh bertanya, mengapa Al-Qur’an tidak menetapkan tahun tertentu bagi kemenangan itu ? Katakanlah mengapa ayat ini tidak menyatakan bahwa kemenangan Romawi akan terjadi 7 tahun kemudian? Agaknya hal ini disebabkan manusia sering kali berbeda didalam menetapkan tahun kemenangan dan kekalahan. Apakah pada saat tanda-tanda kemenangan atau kekalahan itu telah mulai tampak, ataukah pada saat terhentinya peperangan akibat kemenangan satu pihak? Nah, untuk menghindari perbedaan itulah Al-Qur’an memilih redaksi “bidh”, sehingga apapun tolak ukurnya, informasi dari Al-Qur’an dapat menampungnya.

Disamping itu, bertepatan pada tahun kemenangan bangsa Romawi tsb, kaum muslim juga memenangkan perang yang tak kalah dahsyatnya terhadap kaum musyrik. Perang ini dikenal dengan nama ‘Perang Badar’. Maka terbuktilah kata Al-Qur’an yang bermakna bahwa pada tahun kemenangan bangsa Romawi itu kaum Muslim akan bergembira dengan kemenangan yang dianugerahkan oleh Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa, Allah SWT. Dan tujuh tahun sebelum terjadinya peristiwa-peristiwa itu, Rasulullah (melalui QS. Ar-Ruum 1-5) telah mengetahui dan menyampaikannya.

e. Penyerangan Pasukan Bergajah Terhadap Ka’bah

Dalam QS. Al-Fiil [105] dikatakan :

clip_image024

Artinya :

001. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? 002. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka`bah) itu sia-sia?, 003. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, 004. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, 005. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Kisah dalam Surah Al-Fiil adalah kisah nyata yang sukar dibantah kebenarannya. Kisah ini sangat sulit dilupakan oleh masyarakat Arab, khususnya oleh penduduk kota Makkah, sehingga sangat melekat dalam hati sanubari mereka dari masa ke masa.

Pada waktu itu, kota Makkah diserang oleh suatu pasukan tentara orang Nasrani yang sangat kuat dibawah pimpinan Abrahah, gubernur dari kerajaan Nasrani, Abbessinia yang memerintah di Yaman. Mereka bermaksud menghancurkan Ka’bah. Pada waktu itu Abrahah dan beberapa pasukannya berkendaraan gajah (sehingga pada saat itu sampai sekarang, orang Arab sering menamakan tahun terjadinya peristiwa tersebut sebagai tahun Gajah [perlu diketahui bahwa Rasulullah lahir pada saat kejadian ini sehingga tanggal lahir beliau disebut sebagai tanggal 12 Rabiulawal tahun Gajah {tanggal 20 April tahun 571 Masehi}]). Belum lagi maksud mereka tercapai, mereka sudah dihancurkan oleh Allah SWT dengan mengirimkan burung ababil yang berbondong-bondong melempari mereka dengan batu yang terbakar.

Mengenai hal ini, ada kisah menarik yang terjadi semasa Perang Teluk yang lalu. Pada saat itu, ada beberapa pesawat tempur AS yang hilang tanpa sebab yang jelas. Diperkirakan pilot-pilot dari pesawat-pesawat tsb adalah pilot-pilot nakal yang ingin ‘berbuat jahat’ terhadap Ka’bah. Dan terbukti bahwa Ka’bah tetap berdiri kokoh dari rongrongan orang-orang jahat dari dulu sampai sekarang.

Demikianlah mengenai berita-berita gaib tersebut, yang merupakan pertanda bahwa Al-Qur’an memang merupakan firman Tuhan, bukan merupakan hasil pemikiran Nabi Muhammad, sehingga isinya tidak perlu diragukan lagi kebenarannya. Allah SWT berfirman :

clip_image026

Artinya :

053. Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS. Fushshilat 53)

Kalau kita mau berpikir secara logis, kitab suci Al-Qur’an tidak mungkin merupakan rekayasa Nabi Muhammad belaka. Kenapa ? Karena Nabi Muhammad adalah seorang yang buta huruf. Ini dapat diketahui sewaktu ia disuruh malaikat Jibril untuk membaca wahyu pertama yang diturunkan Allah kepadanya, yaitu Surah Al-Alaq [96]. Jibril berkata : Iqra’, Iqra’ (‘Bacalah, bacalah, bacalah !!’) sampai 3x (tiga kali). Dan beberapa kali kali pula Nabi Muhammad menjawab : “Maa-ana- beqaa-Ri’in” (‘Saya tidak dapat membaca !!’). Dalam QS. An-Najm [53] ayat 1-6 dan Al-‘Ankabuut [29] ayat 48 dikatakan :

clip_image028

Artinya :

001.Demi bintang ketika terbenam, 002. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, 003. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.

004. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), 005. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, 006. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. (QS An-Najm 1-6)

clip_image030

Artinya :

048. Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur'an) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andai kata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari (mu). (Al-‘Ankabuut 48)

Dalam QS Al-Ankabuut ayat 48 diatas, Allah sedang memberi penjelasan kepada kita, bahwa jika Muhammad seorang yang terpelajar, dan bila ia dapat membaca dan menulis, maka tentulah isi Al-Qur’an semakin diragukan kebenarannya sebagai firman Tuhan oleh orang-orang kafir.

Kebutahurufan Nabi Muhammad sekaligus semakin menguatkan pernyataan tentang kedatangan seorang Nabi yang akan menuntun seluruh umat manusia ke dalam jalan ‘terang benderang’ dari kesesatan nyata seperti yang tertuang dalam AlKitab sbb : “dan, apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini”, maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat membaca.” (Kitab Yesaya 29:12). Selain itu, dalam Injil – Yohanes 16:13 dikatakan “... sebab Ia tidak akan berkata-kata dari dirinya sendiri; tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya...”

Keraguan orang non muslim terhadap Al-Qur’an ini sendiri dipertanyakan oleh Allah SWT yang tertuang dalam QS. As-Sajdah [32] ayat 2 dan 3 serta Al-Baqarah [2] ayat 91.

clip_image032

Artinya :

002. Turunnya Al Qur'an yang tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Tuhan semesta alam. 003. Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan: "Dia Muhammad mengada-adakannya". Sebenarnya Al Qur'an itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk. (QS. As-Sajdah 2-3)

clip_image034

Artinya :

091. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Qur'an yang diturunkan Allah", mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al Qur'an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur'an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?" (QS. Al-Baqarah 91)

Sebenarnya kalau kita mau realistis, kita dapat melihat bahwa Al-Qur’an memiliki gaya bahasa yang unik dan menakjubkan yang menjadikan pengubahan terhadap tata bahasa Al-Qur’an merupakan suatu upaya yang sia-sia. Semua penerjemah yang jujur mengakui hakikat ini. Edward Montet menulis dalam Transduction Francais berkata :

“Keagungan serta kemuliaan bentuk Al-Qur’an begitu padat sehingga tidak ada terjemahan ke dalam satu bahasa manapun yang bisa menggantikannya. Bahkan seorang pendeta Kristen mengakui bahwa Al-Qur’an dalam bahasa Arabnya mempunyai keindahan yang menawan serta daya pesona tersendiri. Ungkapan katanya yang ringkas, gayanya yang mulia, kalimat-kalimatnya yang benar sering kali penuh dengan irama. Al-Qur’an memiliki suatu kekuatan yang besar serta tenaga yang meledak-ledak yang sangat sulit diterjemahkan seni sastranya.”

Dalam bukunya “Mukjizat Al-Qur’an”, Bapak Quraisy Shihab mengatakan bahwa Al-Qur’an walaupun menggunakan kosa kata yang digunakan oleh masyarakat Arab yang ditemui-nya ketika ayat-ayatnya turun, tidak jarang Al-Qur’an mengubah pengertian semantik dari kata-kata yang digunakan orang-orang Arab itu. Semantik adalah ilmu tentang tata makna atau pengetahuan tentang seluk beluk dan pergeseran makna kata-kata. Setiap kata merupakan wadah dari makna-makna yang diletakkan oleh pengguna kata itu. Boleh jadi ada satu kata yang sama, dan digunakan oleh dua bangsa, suku, atau kelompok tertentu tetapi makna kata itu bagi masing-masing berbeda. Sebagai contoh, kata fitnah misalnya dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai ‘ucapan yang menjelekkan pihak lain’. Tetapi kata itu dalam bahasa Arab berarti ‘cobaan’ atau ‘ujian’.

Makna-makna semantik yang dikandung oleh Al-Qur’an ini yang menjadi salah satu alasan banyak ulama dunia menolak penerjemahan Al-Qur’an langsung ke dalam bahasa lain (tanpa mengikutsertakan teks aslinya); atau paling tidak menamai terjemahannya sebagai ‘terjemahan makna’ bukan ‘redaksi’. Dari sini pula dapat dimengerti jika terjemahan Al-Qur’an kadang tidak sama persis dengan isi Al-Qur’an yang sebenarnya apalagi menggantikan posisinya.

Itulah sedikit ciri bahasa Arab yang tidak mustahil menjadi sebab dipilihnya bahasa ini untuk menjadi bahasa Al-Qur’an. Bukankah sangat sulit menjelaskan pesan yang diinginkan apabila yang menyampaikan miskin perbendaharaan bahasa dan atau bahasa yang digunakan tidak memiliki kekayaan kosa kata serta keragaman gaya ?

Hal ini pernah juga disampaikan oleh Ahmed Deedat dalam bukunya, The Choice. Ia mengatakan bahwa bahasa Arab sangat kaya akan berbagai pikiran dan konsep spritual, sedangkan bahasa Inggris lebih kaya dalam bidang iptek, tetapi bahasa Inggris ini mengecewakan saya. Sepertinya tidak ada kata kerja untuk menggambarkan usaha yang belum selesai. Salah salah satu contohnya, Kamus Oxford yang terkenal di seluruh dunia mendefini-sikan menyalib sebagai membunuh dengan cara mengikat pada sebuah salib. Orang-orang Filipina seperti yang telah disebutkan sebelumnya tidak melakukan penyaliban, tetapi mereka dianggap telah disalib. Tidak ada pertunjukan seperti yang mereka lakukan di film. Ini adalah kejadian nyata dan hanya ‘kematian’ sesaat. Oleh karenanya, setiap pertunjukan dengan salib, dimana korban mencoba untuk menyamai apa yang dialami Yesus tetapi tidak benar-benar meninggal di kayu salib, kita bisa menyebutnya dalam terminologi yang tepat :

- Crucifict sebagai pengganti Crucify (verb [kata kerja]);

- Crucificted sebagai pengganti Crucificed (verb [kata kerja]);

- Crucifiction sebagai pengganti Crucifixion (noun [kata benda]).

Jika Anda mendengar ayat-ayat Al-Qur’an, hal pertama yang terasa di telinga adalah nada dan langgamnya. Ayat-ayat Al-Qur’an walaupun sebagaimana ditegaskan-Nya bukan syair atau puisi, terasa dan terdengar mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya.

Cendekiawan Inggris, Marmaduke Pickthall dalam The Meaning of Glorious Qur’an, menulis :“Al-Qur’an mempunyai simfoni yang tidak ada taranya dimana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita. Hal ini disebabkan oleh huruf dari kata-kata yang dipilih melahirkan keserasian bunyi dan kemudian kumpulan kata itu melahirkan pula keserasian irama dalam rangkaian kalimat ayat-ayatnya. Bacalah misalnya Surah An-Naazi’aat [79] ayat 1-14 berikut ini :

Wannaaziaati gharqaa(1); Wannaasyithaati nasythaa(2); Wassaabihaati sabhaa(3); Fassaabiqaati sabqaa(4); Fal mudabbiraati amra (5)

Kemudian begitu pendengaran mulai terbiasa dengan nada dan langgam ini, Al-Qur’an mengubah nada dan langgamnya. Bacalah lanjutan ayat-ayat tersebut :

Yauma tarjufurraajifah(6); Tatbauhar raadifah(7); Quluubuy yaumaidziw waajifah(8); Abshaa ruhaa khaasyi’ah(9); Yaquuluuna ainnaa lamarduuduuna fil haafirah(10); Aidzaa kunnaa izhaaman nakhirah ?(11); Qaaluu tilka idzan karratun khaasirah(12); Fainnamaa hiya zajratuuw waahidah(13); Faidzaahum bissaahirah (14)

Setelah itu dilanjutkannya dengan mengubah nada dan langgamnya hingga surah ini berakhir.

Tidak mudah menyusun kalimat singkat tetapi sarat makna, karena pesan yang banyak apabila Anda tak pandai memilih kata dan menyusunnya memerlukan kata yang banyak pula. Nah, Al-Qur’an memiliki keistimewaan bahwa kata dan kalimat-kalimatnya yang singkat dapat menampung sekian banyak makna. Bapak Quraisy Shihab menganalogikan hal ini bagaikan berlian yang memancarkan cahaya dari setiap sisinya.

Sebagai contoh, beliau mengambil satu ayat singkat, yaitu firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 212 berikut ini :

Wallaahu yarzuqu mayyasyaa’u bighayri hisaab

Ayat ini bisa berarti :

a. Allah memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa ada yang berhak menanyakan kepada-Nya mengapa Dia memperluas rezeki kepada seseorang dan mempersempit yang lain;

b. Allah memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa memperhitung-kan pemberian itu (karena Dia Maha Kaya, sama dengan seseorang yang tidak mem-perdulikan pengeluarannya);

c. Allah memberikan rezeki kepada seseorang tanpa yang diberi rezeki tersebut dapat menduga kehadiran rezeki itu;

d. Allah memberikan rezeki kepada seseorang tanpa yang bersangkutan dihitung secara detail amal-amalnya;

e. Allah memberikan rezeki kepada seseorang dengan jumlah rezeki yang amat banyak, sehingga yang bersangkutan tidak mampu menghitungnya.

Pengertian (a) menjelaskan perolehan rezeki yang pada dasarnya adalah karena anugerah Ilahi.

Pengertian (b) menggarisbawahi betapa luas kekayaan Allah SWT.

Pengertian (c) mengisyaratkan bahwa ada orang-orang yang dianugerahi oleh Allah rezeki dari sumber yang dia tidak duga sebelumnya.

Pengertian (d) mengisyaratkan bahwa ada orang-orang mukmin yang dimasukkan Allah ke surga, tanpa Allah melakukan perhitungan mendetail tentang amal-amalnya.

Pengertian (e) mengandung arti bahwa Allah melipatgandakan ganjaran seseorang, dengan pelipatgandaan yang tidak dapat dihitung.

Selain itu, yang menakjubkan, Al-Qur’an ternyata mempunyai keseimbangan redaksi. Dalam QS. Asy-Syuura [42] ayat 17 dinyatakan :

clip_image036

Artinya :

017. Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran serta dengan perimbangan. Dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat.

Apa yang telah dikatakan oleh ayat tadi bukanlah omong kosong belaka. Rasyad Khalifah telah membuktikan kebenaran ayat ini.

Ia memulainya dengan mengulas kata basmalah (bismillaahirrahmaanirraahiim) yang terdiri dari 19 huruf. Selanjutnya dikatakan bahwa jumlah bilangan kata-kata basmalah yang terdapat dalam Al-Qur’an tersebut walaupun berbeda-beda, keseluruhannya habis terbagi oleh angka 19. Perinciannya adalah sbb :

1. ism dalam Al-Qur’an sebanyak 19 kali;

2. Allah sebanyak 2698 kali yang merupakan perkalian 142 x 19;

3. Ar-Rahman sebanyak 57 = 3 x 19;

4. Ar-Rahim sebanyak 114 = 6 x 19.

Dari sini kemudian ia beralih pada keseimbangan-keseimbangan yang lain.

Abdurrazaq Naufal dalam bukunya Al-Ijaz Al-Adad Al-Qur’an Al-Karim (Kemukjizatan dari Segi Bilangan dalam Al-Qur’an) yang terdiri dari tiga jilid, mengemukakan sekian banyak contoh tentang keseimbangan tsb. Bapak Quraisy Shihab menyimpulkannya secara sangat ringkas sbb :

a. Keseimbangan Jumlah Kata-Kata Antonimya

Misalnya :

1. Al-hayah (kehidupan) dan Al-maut (kematian) masing-masing sebanyak 145 kali.

2. An-naf (manfaat) dan Al-fasad (kerusakan/mudarat) masing-masing sebanyak 50 kali.

3. Akhirat terulang 115 kali sebanyak kata dunia.

4. Malaikat terulang 88 kali sebanyak kata setan.

5. Al-harr (panas) dan Al-bard (dingin) masing-masing 4 kali.

6. Ash-shalihat (kebajikan) dan As-sayyiat (keburukan) masing-masing 167 kali.

7. Ath-thuma’ninah (kelapangan atau ketenangan) dan Adh-dhiq (kesempitan atau kekesalan atau kecemasan) masing-masing 13 kali.

8. Ar-rahbah (cemas atau takut) dan Ar-Raghbah (harap atau ingin) dalam berbagai bentuknya masing-masing 8 kali.

9. Al-kufr (kekufuran dalam bentuk difinite) dan Al-iman masing-masing 17 kali.

10. Kufr dalam bentuk indifinite dan iman masing-masing 8 kali.

11. Ash-shaif (musim panas) dan Asy-syita (musim dingin) masing-masing 1 kali.

b. Keseimbangan Jumlah Kata-Kata Sinonim atau Makna yang Dikandungnya

1. Al-harts (membajak sawah) dan Az-zira’ah (bertani) masing-masing 14 kali.

2. Al-‘ujub (membanggakan diri atau angkuh) dan Al-ghurur (angkuh) masing-masing 27 kali.

3. Adh-dhallun (orang sesat) dan Al-mauta (mati jiwanya) masing-masing 17 kali.

4. Al-qur’an, Al-wahyu, dan Al-Islam masing-masing 70 kali.

5. Al-aql (akal), dan An-nur (cahaya) masing-masing 49 kali.

6. Al-jahr (nyata) dan Al-Alaniyah (nyata) masing-masing 16 kali.

c. Keseimbangan Jumlah Kata yang Menunjuk Kepada Akibatnya

1. Al-infaq (menafkahkan) dan Ar-Ridha’ (kerelaan) masing-masing 73 kali.

2. Al-bukhl (kekikiran) dan Al-hasrah (penyesalan) masing-masing 12 kali.

3. Al-kafirun (orang-orang kafir) dan An-nar (neraka/pembakaran) masing-masing 154 kali.

4. Az-zakah (penyucian) dan Al-Barakat (kebajikan yang banyak) masing-masing 32 kali.

5. Al-fashiyah (kekejian) dan Al-ghadhab (murka) masing-masing 26 kali.

d. Keseimbangan Jumlah Kata yang Menjadi Penyebabnya

1. Al-israf (pemborosan) dan As-sur’at (ketergesa-gesaan) masing-masing 23 kali.

2. Al-mau’izhah (nasihat/petuah) dan Al-lisan (lidah) masing-masing 25 kali.

3. Al-asra’ (tawanan) dan Al-harb (perang) masing-masing 6 kali.

4. As-salam (kedamaian) dan Ath-thoyyibat (kebajikan) masing-masing 60 kali.

e. Keseimbangan Khusus

1. Kata yaum (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada jamak (ayyam) dan dua (yaumain), jumlah keseluruhannya hanya 30, sejumlah hari-hari dalam sebulan. Di sisi lain kata yang berarti ‘bulan’ (syahr/asyhur) hanya terdapat 12 kali, sejumlah bulan dalam setahun.

2. Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada ‘tujuh’ dan penjelasan ini diulanginya sebanyak ‘tujuh kali’ pula, yaitu pada S. Al-Baqarah (2):29, Al-Israa’ (17):44, Al-Mu’minuun (23):86, Fushshilat (41):12, Ath-Thalaaq (65):12, Al-Mulk (67):3, dan Nuh (71):15.

3. Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik rasul atau nadzir (pemberi peringatan) keseluruhannya berjumlah 518 kali, dan jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi dan rasul, serta pembawa berita tersebut, yakni 518 juga.

Dari pemaparan-pemaparan diatas, apakah kita masih tidak percaya bahwa Al-Qur’an memang firman Tuhan ? Rasanya orang jenius bagaimanapun tidak akan mungkin dapat membuat ayat-ayat yang bunyinya seperti ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Saking tidak mungkinnya manusia dan makhluk lainnya dapat membuat ayat yang seperti ayat-ayat Al-Qur’an, Allah pun sempat menyindir :

clip_image038

Artinya :

023. Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. 024. Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah [2] : 23-24)

clip_image040

Artinya :

088. Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. An Nisaa’ [4] : 88)

2 komentar:

  1. alquran memang bukan rekayasa mohamed, karena mohamed tidak bisa baca tulis, alquran itu jiplakan, ngutil, nyontek, dari berbagai sumber, termasuk sumber contekan nya adalah alkitab/bibel.
    namun karena pada jaman dulu bibel/alkitab tidaklah boleh di miliki oleh sembarangan orang, hanya gereja yang memiliki naskah alkitab/bibel, jadi mohamed dan para penyusun alquran tidak tahu secara pasti isi alkitab/bibel, sehingga penulisan alquran itu jadi tidak sempurna dan berantakan disana-sini.
    coba bandingkan isi alquran dengan isi alkitab/bible, sangat berbeda drastis bagaikan langit dan bumi.
    yang manakah yang asli dan yang manakah yang palsu???
    moslem menghujat kalo alkitab yang beredar sekarang adalah alkitab palsu, sok atuh, tunjukan alkitab asli nya. wong nabi mu si mohamed aja ga sempat liat alkitab/bible asli padahal dia sangat ingin melihat alkitab/bible yang asli. rasa penasaran nya itu dia tuangkan dalam bentuk amarah dengan mengklaim alkitab/bible itu sudah dipalsukan, wong dia geram ga bisa liat alkitab/bible yang asli sampe kematian menjemputnya akibat memakan racun yang di bubuhi oleh perempuan jahudi kedalam makanannya. wkwkwk sampe akhir kematian nya mohamed tidak mampu menunjukkan satu mujijatpun pada orang jahudi, makanya dia di anggap sampah dan orang gila sama kaum jahudi karena mengaku-ngaku nabi dan rasol aouloh....
    wkwkwkkwkw

    BalasHapus
  2. koment Anda mnunjukkn kebutaan hati anda u/ mau mnerima kebenaran! Smg Allah masih berkenan memberi hidayahNya kpd Anda!!

    Btw, sy ucapkn bnyk trima kasih ats sgala atensix!! Salam damai!!

    BalasHapus